Bahasa keren untuk photo malem-malem.
Mungkin ini terjadi pada siap orang. Ketika saya baru mendapatkan kamera saya, setiap saat setiap waktu keinginan untuk photo begitu menggebu. Tidak terkecuali malam. Kadang saya membawa kamera saya jalan malam. Disamping pamer (hehehehehehehe), beberapa contoh photo yang saya lihat mengambil suasana malam sebagai tema.(seperti biasa web adalah andalan untuk mengambil referensi hasil photo sebanyak-banyaknya). Dan banyak yang menghasilkan gambar yang luar biasa. Jujur saja, shake dan blur adalah jawaban dari keluar perang tanpa pengetahuan....
Ada dua hal penting photo malam, yang pertama adalah cahaya yang kedua adalah cahaya. Ya, cahaya. Prinsipnya sederhana. Cahaya yang cukup, membuat shutter speed ter-setting dengan cepat. Cahaya yang kurang membuat shutter speed agak malas menutup dengan cepat. Shutter speed inilah yang biasanya menjadi masalah pokok dari urusan shake dan blur tadi.
Bila kita masih malu-malu mengunakan manual mode, automatic night scene yang terletak pada pilihan setting kamera bisa menjadi alternatif setting untuk pengambilan gambar di malam hari. Namun bila kita cukup yakin menggunakan manual/atau semi manual mode, pengetahuan dasar ini pasti berguna.
ISO/ASA atau kecepatan film bisa kita kurangi untuk menanbah kecukupan cahaya yang masuk ke dalam lensa (ISO semakin kecil bila angka angka ISO yang terlihat semakin besar. ISO 100>ISO 500) atau dengan pilihan menggunakan 1/f terbesar yang dimiliki lensa (semakin kecil angka f (diafrahma), semakin besar diafrahma yang kita gunakan. 1/f2.0>1/f16). Bisa pula kombinasi keduanya.
Namum kadang 2 hal ini masih belum cukup membuat kamera cukup "diam" bila shutter speed tetap tidak mau berkompromi. bayangkan bila kita cukup kuat diam dalam 3 detik memegang kamera.
Ada yang berpendapat selama kamera bisa menjaga shutter speed 2 kali panjang fokal yang dimiliki lensa, kita masih dalam zona aman pengambilan photo tanpa alat bantu. Maksudnya bila anda menggunakan lensa 50mm (panjang fokal 50mm) paling tidak kecepatan shutter speed kamera 1/100 detik untuk mendapatkan hasil yang baik tanpa bantuan alat. (Asumsi kamera tidak shake).
Satu perangkat yang bisa membantu kita mengurangi shake dan mendapatkan gambar yang halus adalah tripod. Tripod bisa menjaga kamera tetap steady.
Pilihan menggunkan alat bantu seperti tripod, membuat kita bisa leluasa bermain dengan ISO/ASA dan Diafrahma. Memainkan cahaya atau membentuk bayangan-banyangan dari setting kamera tersebut.
Namun memang perlu disadari bahwa membawa tripod bukanlah pekerjaan yang menyenangkan buat semua orang, banyangkan bila kita membawa-bawa perangkat tersebut bersama kamera kita ke pusat perbelanjaan. Sangat merepotkan.
Benda-benda seperti tembok, tumpukan batu, tumpukan buku, bisa menjadi alternatif pengganti tripod selama kita yakin bahwa benda-benda tersebut dapat menjaga kamera kita tetap diam dan aman dari kemungkinan rusak seperti jatuh, basah, kotor dan lain-lain. Kreativitas...
Selamat mencoba
Mungkin ini terjadi pada siap orang. Ketika saya baru mendapatkan kamera saya, setiap saat setiap waktu keinginan untuk photo begitu menggebu. Tidak terkecuali malam. Kadang saya membawa kamera saya jalan malam. Disamping pamer (hehehehehehehe), beberapa contoh photo yang saya lihat mengambil suasana malam sebagai tema.(seperti biasa web adalah andalan untuk mengambil referensi hasil photo sebanyak-banyaknya). Dan banyak yang menghasilkan gambar yang luar biasa. Jujur saja, shake dan blur adalah jawaban dari keluar perang tanpa pengetahuan....
Ada dua hal penting photo malam, yang pertama adalah cahaya yang kedua adalah cahaya. Ya, cahaya. Prinsipnya sederhana. Cahaya yang cukup, membuat shutter speed ter-setting dengan cepat. Cahaya yang kurang membuat shutter speed agak malas menutup dengan cepat. Shutter speed inilah yang biasanya menjadi masalah pokok dari urusan shake dan blur tadi.
Bila kita masih malu-malu mengunakan manual mode, automatic night scene yang terletak pada pilihan setting kamera bisa menjadi alternatif setting untuk pengambilan gambar di malam hari. Namun bila kita cukup yakin menggunakan manual/atau semi manual mode, pengetahuan dasar ini pasti berguna.
ISO/ASA atau kecepatan film bisa kita kurangi untuk menanbah kecukupan cahaya yang masuk ke dalam lensa (ISO semakin kecil bila angka angka ISO yang terlihat semakin besar. ISO 100>ISO 500) atau dengan pilihan menggunakan 1/f terbesar yang dimiliki lensa (semakin kecil angka f (diafrahma), semakin besar diafrahma yang kita gunakan. 1/f2.0>1/f16). Bisa pula kombinasi keduanya.
Namum kadang 2 hal ini masih belum cukup membuat kamera cukup "diam" bila shutter speed tetap tidak mau berkompromi. bayangkan bila kita cukup kuat diam dalam 3 detik memegang kamera.
Ada yang berpendapat selama kamera bisa menjaga shutter speed 2 kali panjang fokal yang dimiliki lensa, kita masih dalam zona aman pengambilan photo tanpa alat bantu. Maksudnya bila anda menggunakan lensa 50mm (panjang fokal 50mm) paling tidak kecepatan shutter speed kamera 1/100 detik untuk mendapatkan hasil yang baik tanpa bantuan alat. (Asumsi kamera tidak shake).
Satu perangkat yang bisa membantu kita mengurangi shake dan mendapatkan gambar yang halus adalah tripod. Tripod bisa menjaga kamera tetap steady.
Pilihan menggunkan alat bantu seperti tripod, membuat kita bisa leluasa bermain dengan ISO/ASA dan Diafrahma. Memainkan cahaya atau membentuk bayangan-banyangan dari setting kamera tersebut.
Namun memang perlu disadari bahwa membawa tripod bukanlah pekerjaan yang menyenangkan buat semua orang, banyangkan bila kita membawa-bawa perangkat tersebut bersama kamera kita ke pusat perbelanjaan. Sangat merepotkan.
Benda-benda seperti tembok, tumpukan batu, tumpukan buku, bisa menjadi alternatif pengganti tripod selama kita yakin bahwa benda-benda tersebut dapat menjaga kamera kita tetap diam dan aman dari kemungkinan rusak seperti jatuh, basah, kotor dan lain-lain. Kreativitas...
Selamat mencoba
0 comments:
Posting Komentar