Sewaktu saya mendapatkan kamera pertama saya (6 bulan yang lalu) pertama yang saya pikirkan adalah kira-kira objek photo apa yang paling mudah saya dalami. Saya mencoba photo orang, benda, rumah semua yang kira-kira (menurut saya) menarik untuk di photo. Sampai suatu saat, karena kebetulan rumah tidak jauh dari pantai, saya sempatkan untuk memphoto sun set.
Dengan perbekalan yang, saya pikir cukup waktu itu, seadanya, saya pun berangkat. Sambil menenteng kamera saya pun mulai bergaya seperti photographer profesional. Jeprat sana..Jepret sini. Sampai matahari turun, dan hari gelap, saya masih asyik photo..memphoto...Setelah sadar keadaan sekeliling mulai gelap dan pantaipu sepi, saya pun pulang. Jujur saya tidak tahu apa apa akan saya dapatkan waktu itu.
Menjelang malam, saya mulai membuka isi kamera, mentransfernya dalam komputer, dan mencoba mendapatkan gambar pertama saya. (sebagai landscaper yaa..)
Cahaya Matahari
Saya sungguh terkesima, bagaimana mungkin gambar yang saya dapatkan begitu beraneka warna, bukan dalam artian bagus, tetapi lebih cocok untuk dibilang hancur..
Pikiran pertama saya adalan kamera, mungkin setting kamera, lalu lensa. Karena saya masih pakai lensa kit (sebetulnya cukup bagus), boleh dong saya menyalahkannya. Kemudian baru cahaya matahari. Dan ternyata "faktor salah" saya yang terakhir inilah penyebab utamanya.
Bagaimanapun juga, seni, kalau bisa di bilang seni, photo-memphoto adalah bagaimana cara kita memenpatkan kamera kita pada posisi yang tepat sehingga mendapatkan cukup cahaya, sesuai dengan kemampuan kamera/lensa yang kita miliki. Bagaimana mendapatkan posis yang tepat ini menjadi masalah besar ketika kita tidak bisa menempatkan diri atau menempatkan objek photo di tempat yang tepat.
Photo landscape pada dasarnya sama dengan photo-photo jenis lainnya. Hanya dalam photo landscape, objek photo tidak bisa kita pindahkan posisnya hingga pas cahaya. Sehingga pada photo landscape biasanya sang tukang photolah yang menyesuaikan diri dengan cahaya.
Sumber cahaya utama pada photo landscape pastinya adalah matahari untuk photo-photo pagi, siang dan sore serta lampu untuk photo-photo malam.
Beberapa tips berikut mudah-mudahan bisa membantu :
1. Usahakan jangan frontal melawan matahari. Sabar adalah kata kunci, Bila matahari sedang bersinar terik dan berada di depan kita, lebih baik carilah objek photo yang tidak langsung berhadapan dengan matahari.
2. Jangan lupa dengan lens hood. Lens hood secara sederhana berfungsi untuk menghindari lensa dari cahaya lebih (flare) yang dihasilkan matahari. Sehingga gambar yang kita dapat tidak terdapat "cahaya lari".
3. Photo pada saat mendung. Dimana cahaya matahari terbatas intensitasnya. Dan biasanya saat-saat itu efek dramatis bisa diperoleh.
4. Gunakan filter. Filter GND (Gradual Neutral Density) filter separo belap, separo terang, dan ND (Neutral Density) total gelap/redup, bisa membantu menahan cahaya matahari yang masuk ke dalam lensa.Filter-filter jenis ini ada banyak ragamnya. Biasanya diukur dari kemampuan menurunkan stop-diafrahma.
5. Tripod. Biar gaya dan supaya gambar yang diambil tidak "bebanyang", kabur. Terutama untuk gambar-gambar yang diambil menjelang sore atau terlalu pagi, dimana kecepatan shutter speed masih sangat lambat.
Pada photo landscape, kecepatan shutter speed yang lambat sering dipilih untuk mendapatkan "deep of field", kedalaman gambar. So tripod menjadi sangat penting.
selamat mencoba....
0 comments:
Posting Komentar