Saya putuskan untuk mengamati sejenak, jeda waktu antara ombak besar dan
kecil yang biasanya datang dengan ritme tertentu. Setelah
hitung-hitungannya pas, saya amati tempat-tempat yang bisa saya pakai
untuk berjalan dan menunggu ritme-ritme ombak yang datang....
Sore itu dengan semangat 45, saya berangkat menuju Dream Land. Sebuah pantai di daerah Pecatu, Jimbaran. Jaraknya kurang lebih 10-11km dari kota Denpasar. (maaf cuma tebakan jarak, kalau kurang deket, atau kurang jauh mohon dimaafkan). Di kawasan wisata menuju ke arah Pura Ulu Watu.
Pantai ini begitu terkenal di Bali dan sekitarnya, karena namanya. Karena "Dream Land" itu bukan nama tempat/asal. tapi nama jadi-jadian. Beda seperti Sanur, Kuta, Seminyak yang memang adalah nama daerah tersebut. Nama ini sengaja di pakai mungkin untuk promosi kawasan tersebut. Saya yakin suatu saat kawasan ini akan menjadi kawasan privat yang luar biasa. Yang mungkin juga suatu saat, orang-orang seperti saya sudah tidak boleh masuk ke kawasan tersebut. Karena privatnya itu. jangan heran, beberapa kawasan pantai di Bali sudah ada yang dikuasai oleh perorangan. Hebat....(hebat yang ngasi ijin...:)))
Dream Land seperti artinya tanah impian, memang adalah tanah impian. Pantai berombak besar, dengan pasir putih dan karang. Tidak terlalu luas daerah tepi pantainya. Mungkin sekitar 20-50 meteran. Warna airnya hijau, sebagian berdinding bukit karang tajam warna cream dan hitam. Jadi tidak seperti Sanur atau Kuta, dengan pantai yang landai, pantai ini agak terpencil, walau sekarang tidak bisa di bilang begitu, dimana kita harus menuruni bukit dulu, sebelum berada di areal keluar masuk pantai. Mungkin beberapa tahun yang lalu, dibutuhkan upaya yang cukup untuk mendapatkan panati ini. Namun sekrang beberapa rumah pantai dan restaurant pun sudah ada di sana. Dilengkapi juga dengan art shop-art shop dan sedikit kelangkapan pantai standar. Bahkan sudah ada penjaga pantai.
Yang paling di cari dari pantai ini (kalau saya) adalah sun set-nya. Bila langit mendung, dan matahari tepat berada di tengah horizon, pemandangan alam pantai ini luar biasa. Sangat luar biasa. Biasanya kondisi ini ada diantara bulan-bulan Maret-April dan Agustus-September.
Di waktu sore kawasan ini akan sangat ramai dengan kunjungan wisatawan. Terutama lokal.
Nah ini pengalaman, yang luar biasa (buat saya).
Sebagai landscaper sejati. (menurut saya loh), Kita harus mendapatkan gambar yang beda setiap waktu kita mengambil gambar di suatu tempat. Walaupun tempat ini sudah kita datangi beberapa kali. Seperti Dream Land mungkin sudah 3-4 kali saya datangi. Mulai dari awal masih dengan lensa kit, sampai sekarang dengan lansa landscape sungguhan :).
Sore itu, ombak agak sedikit tinggi, air sudah agak menjorok ke pantai. Sebenarnya saya agak ragu untuk menuju ke arah dalam pantai, karena khawatir ombak akan naik bila hari menjelang malam. Maklum sebagian pantai di batasi dinding karang. Pilihannya begini. hanya diam di kawasan landai, dan tidak mendaptkan photo yang saya bayangkan, atau menuju ke arah dalam, dengan berharap mendapatkan gambar yang bagus.tapi dengan resiko, tidak pulang, bila air tinggi. Wew...
Ya saya pun ambil resiko itu. Saya berjalan ke arah dalam pantai. Sedikit naek-naek karang, karena air sudah tinggi. Dan mendapatkan lokasi yang saya inginkan. Lokasinya agak sedikit tertutup. Sebenarnya tiidak terlalu jauh dari areal terbuka, sekitar 100-150 m, namun karang besar menutupi pandangan saya ke arah pantai. Ke arah aman.
Tempat ini jarang di kunjungi orang, mungkin karena pantainya yang sempit, dinding karang dan ombak yang besar. Juga agak sedikit tersembunyi. Hanya 2 orang yang saya lihat melintas di tempat itu. Ke-duanya nelayan. Untuk wisata sieh memang kurang menarik. tapi untuk photo, luar biasa.
Waktu memang berjalan begitu cepat dengan kamera di tangan. Tidak terasa hari sudah beranjak senja. Beberapa gambar sudah saya ambil. Saya tidak sadar ombak semakin tinggi, Karena saya berada di atas karang. Namun perasaan yang tidak enak sedari tadi, memaksa saya menuruni karang dan berjalan kembali ke arah pantai. Benar saja. Pantai sudah mulai tertutup air. Dengan ombak pantai selatan dan dinding karang yang tajam, berjalan di dareah itu sangat beresiko. Sudah terfikir untuk menginap. Suatu hal yang tidak pernah saya lakukan di tepi pantai, di atas karang dan perlengkapan yang sekedarnya.
Ya saya harus pulang...dan tentunya berfikir
Saya putuskan untuk mengamati sejenak, jeda waktu antara ombak besar dan kecil yang biasanya datang dengan ritme tertentu. Setelah hitung-hitungannya pas, saya amati tempat-tempat yang bisa saya pakai untuk diam dan menunggu ritme-ritme ombak yang datang.
Dan sayapun mulai berlari-lari. Pasir pantai yang basah dan rasa sedikit khawatir, dibebani ransel dan kamera yang belum saya masukan, itupun masih di ujung tripod, menambah berat langkah. Beberapa kali saya ucapkan nama Tuhan, dan kata-kata penyemangat untuk terus berlari dan berusaha, menuju karang-karang yang sudah saya hitung bisa saya capai sampai jeda ombak besar datang....berlari dan berlari
Ya, Tuhan masih berada di sana. Rencana itupun berjalan sesuai perhitungan. Alhamdulillah......
Pengalaman yang mendebarkan....
Sore itu dengan semangat 45, saya berangkat menuju Dream Land. Sebuah pantai di daerah Pecatu, Jimbaran. Jaraknya kurang lebih 10-11km dari kota Denpasar. (maaf cuma tebakan jarak, kalau kurang deket, atau kurang jauh mohon dimaafkan). Di kawasan wisata menuju ke arah Pura Ulu Watu.
Pantai ini begitu terkenal di Bali dan sekitarnya, karena namanya. Karena "Dream Land" itu bukan nama tempat/asal. tapi nama jadi-jadian. Beda seperti Sanur, Kuta, Seminyak yang memang adalah nama daerah tersebut. Nama ini sengaja di pakai mungkin untuk promosi kawasan tersebut. Saya yakin suatu saat kawasan ini akan menjadi kawasan privat yang luar biasa. Yang mungkin juga suatu saat, orang-orang seperti saya sudah tidak boleh masuk ke kawasan tersebut. Karena privatnya itu. jangan heran, beberapa kawasan pantai di Bali sudah ada yang dikuasai oleh perorangan. Hebat....(hebat yang ngasi ijin...:)))
Dream Land seperti artinya tanah impian, memang adalah tanah impian. Pantai berombak besar, dengan pasir putih dan karang. Tidak terlalu luas daerah tepi pantainya. Mungkin sekitar 20-50 meteran. Warna airnya hijau, sebagian berdinding bukit karang tajam warna cream dan hitam. Jadi tidak seperti Sanur atau Kuta, dengan pantai yang landai, pantai ini agak terpencil, walau sekarang tidak bisa di bilang begitu, dimana kita harus menuruni bukit dulu, sebelum berada di areal keluar masuk pantai. Mungkin beberapa tahun yang lalu, dibutuhkan upaya yang cukup untuk mendapatkan panati ini. Namun sekrang beberapa rumah pantai dan restaurant pun sudah ada di sana. Dilengkapi juga dengan art shop-art shop dan sedikit kelangkapan pantai standar. Bahkan sudah ada penjaga pantai.
Yang paling di cari dari pantai ini (kalau saya) adalah sun set-nya. Bila langit mendung, dan matahari tepat berada di tengah horizon, pemandangan alam pantai ini luar biasa. Sangat luar biasa. Biasanya kondisi ini ada diantara bulan-bulan Maret-April dan Agustus-September.
Di waktu sore kawasan ini akan sangat ramai dengan kunjungan wisatawan. Terutama lokal.
Nah ini pengalaman, yang luar biasa (buat saya).
Sebagai landscaper sejati. (menurut saya loh), Kita harus mendapatkan gambar yang beda setiap waktu kita mengambil gambar di suatu tempat. Walaupun tempat ini sudah kita datangi beberapa kali. Seperti Dream Land mungkin sudah 3-4 kali saya datangi. Mulai dari awal masih dengan lensa kit, sampai sekarang dengan lansa landscape sungguhan :).
Sore itu, ombak agak sedikit tinggi, air sudah agak menjorok ke pantai. Sebenarnya saya agak ragu untuk menuju ke arah dalam pantai, karena khawatir ombak akan naik bila hari menjelang malam. Maklum sebagian pantai di batasi dinding karang. Pilihannya begini. hanya diam di kawasan landai, dan tidak mendaptkan photo yang saya bayangkan, atau menuju ke arah dalam, dengan berharap mendapatkan gambar yang bagus.tapi dengan resiko, tidak pulang, bila air tinggi. Wew...
Ya saya pun ambil resiko itu. Saya berjalan ke arah dalam pantai. Sedikit naek-naek karang, karena air sudah tinggi. Dan mendapatkan lokasi yang saya inginkan. Lokasinya agak sedikit tertutup. Sebenarnya tiidak terlalu jauh dari areal terbuka, sekitar 100-150 m, namun karang besar menutupi pandangan saya ke arah pantai. Ke arah aman.
Tempat ini jarang di kunjungi orang, mungkin karena pantainya yang sempit, dinding karang dan ombak yang besar. Juga agak sedikit tersembunyi. Hanya 2 orang yang saya lihat melintas di tempat itu. Ke-duanya nelayan. Untuk wisata sieh memang kurang menarik. tapi untuk photo, luar biasa.
Waktu memang berjalan begitu cepat dengan kamera di tangan. Tidak terasa hari sudah beranjak senja. Beberapa gambar sudah saya ambil. Saya tidak sadar ombak semakin tinggi, Karena saya berada di atas karang. Namun perasaan yang tidak enak sedari tadi, memaksa saya menuruni karang dan berjalan kembali ke arah pantai. Benar saja. Pantai sudah mulai tertutup air. Dengan ombak pantai selatan dan dinding karang yang tajam, berjalan di dareah itu sangat beresiko. Sudah terfikir untuk menginap. Suatu hal yang tidak pernah saya lakukan di tepi pantai, di atas karang dan perlengkapan yang sekedarnya.
Ya saya harus pulang...dan tentunya berfikir
Saya putuskan untuk mengamati sejenak, jeda waktu antara ombak besar dan kecil yang biasanya datang dengan ritme tertentu. Setelah hitung-hitungannya pas, saya amati tempat-tempat yang bisa saya pakai untuk diam dan menunggu ritme-ritme ombak yang datang.
Dan sayapun mulai berlari-lari. Pasir pantai yang basah dan rasa sedikit khawatir, dibebani ransel dan kamera yang belum saya masukan, itupun masih di ujung tripod, menambah berat langkah. Beberapa kali saya ucapkan nama Tuhan, dan kata-kata penyemangat untuk terus berlari dan berusaha, menuju karang-karang yang sudah saya hitung bisa saya capai sampai jeda ombak besar datang....berlari dan berlari
Ya, Tuhan masih berada di sana. Rencana itupun berjalan sesuai perhitungan. Alhamdulillah......
Pengalaman yang mendebarkan....
0 comments:
Posting Komentar